Ini adalah salah satu cerpen nyata karya Nadiya Yeza Eka Putri, dimana seorang sepupu yang kocak menghiasi hidupnya. namun dibalik itu semua terdapat cerita mengharukan. selamat membaca semoga mengerti.........
Fantastic
4 Kampoeng
Telah
lama kami bermain di halaman belakang berempat, aku , adikku Rizky, sepupuku
Iwan, dan adik Iwan Aldi. Masih ingat
oleh ku betapa bahagianya kami waktu itu, hujan-hujanan sambil bermain ria
cipratan air, seluncur-seluncuran hingga terpeleset. Tapi tak ada yang
menangis,karna kesakitan mungkin saking bahagianya kami ditinggal orang
tua-orang tua di rumah. Biasa, setiap hari Senin adalah hari pasar di
kampungku, kebetulan aku dan Iwan baru saja selesai menerima rapor kelas 3
sedangkan adikku dan adik Iwan belum bersekolah. Jadi ibuku membawaku ke
kampung yang tercinta, dimana Fantastic 4
beraksi. Hua hua hua
Hujan pun berhenti kami pun juga berhenti bermain, mungkin karna tak ada
lagi air yang turun untuk membasahi kami. Dengan badan penuh lumpur, basah
kuyup, bokong ku terasa sakit karna
terpeleset tadi, hehe sebenarnya sih bisa dibilang dipelesetkan. Asyik aja main
peleset-pelesetan, kapan lagi ada kesempatan kayak gini.
Kami
sadar walaupun masih kecil, permainan kami itu membuat kami kotor sekotor kotornya, dan itu
sangat tidak baik. Untuk itu kami segera mandi di kamar mandi bersama-sama, dan
main air lagi.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 2 siang, bunda dan nenek belum juga pulang. Kami berinisiatif
untuk memasak sendiri. Iwan mencari terung di belakang, kebetulan dibelakang
rumah nenekku menanam terung, Aldi dan Iki siap mencari bumbu-bumbu masakan dan
aku telah siap sebagai Master Chef bagi mereka.
Pertama-tama ku persiapkan kompor gas
berteknologi canggih ku, dengan persiapan bahan bakar yang alami yang telah kusilangkan-silangkan, ku siram dengan minyak
aftur ku, ku keluarkan petikan api dari
tangan ku , PHUUMM !!! Tungku ku akhirnya menyala dengan kobaran api nya yang
merah menyala , dan Iwan langsung bersiap
dengan pipa besi yang digunakan untuk menghembus api supaya makin besar.
Hummm, harum masakan ku telah menghipnotis
para pelangganku yang telah menunggu. Makanan yang sangat nikmat, hidangan yang
sangat menggiurkan , dengan warna dan
garnish yang sangat menarik. Terung yang semula ungu, setelah ku ramui
berubah menjadi hitam , dengan bumbu-bumbu alami yang disediakan para
prajurit-prajuritku yaitu kecap, garam, bawang, dan asam mengubah masakan ku sehingga
di makan sampai benar-benar habis. Betapa terharunya aku mereka begitu
mencintai masakan ku, hah senangnya diriku saat itu. Tapi setelah kupandang
kandang ayam di sebelah rumahku, ternyata terung-terung tadi tercecer-cecer
diperebutkan ayam-ayam.
Pukul tiga di tunjukkan jarum jam yang
tersangkut di dinding di atas akuarium ruang keluarga, tiba-tiba nenekku dan
bunda pulang dengan gerobak yang penuh dengan makanan, huaaaa kami berlari -lari
kegirangan menyambut kedatangan gerobak itu. Dengan gerakan slow motion air liur kami menetes dari
bibir turun ke dagu , dari dagu turun ke
baju dan akhirnya berhenti dan berserakan dilantai. Akhirnya dengan kerakusan
yang luar biasa, kami koyak satu persatu bungkus plastik kerupuk-kerupuk disana
, bak para manusia purba menggerogoti buruannya. ARGGHHH ARRGGGHH !!!!
Sebagai Fantastic 4 kami
sangat suka pertualangan, kami pernah menjelajahi hutan belantara untuk mencari
burung langka yang sangat berbahaya , burung puyuh. Parak demi parak kami
lewati , bukit-demi bukit kami daki (gundukan semut) tapi yang kami cari tak
pernah kami temui. Walau begitu aku dan saudara-saudaraku tak pernah menyesal
akan semua itu. Pemandangan yang luar biasa telah membuat kami puas, selama
perjalan kami lewati sawah-sawah indah, pohon-pohon besar dan yang paling kami
senangi adalah ketika kami sampai pada sebuah bukit(benar-benar bukit) dan
disana kami melihat semua pemandangan kampung kecil kami. Mulai dari
sawah-sawah jalan raya hingga jalan setapak , burung-burung yang beterbangan,
masjid, rumah gadang-rumah gadang dan bukit-bukit yang berjejer-jejer.
Hmmm itulah hal yang paling kusenangi bila aku pulang kampung, ku selalu
ingin datang kesana, bertemu kelompok kecil kami yang sangat aneh. Masih ingat
oleh ku saat-saat kami bertengkar, wajah ku di cakar oleh Iwan sampai berdarah
, ku balas juga dengan cakaranku , mieeauww
, akibat dari pertengkaran itu wajah ku cacat seumur hidup, dengan bekas luka
yang tak hilang-hilang sampai sekarang. Tapi tak apalah, bagi ku itu adalah
memori yang membuatku masih tersenyum-senyum jika ku mengingatnya kembali
sampai sekarang.
Iwan adalah sepupu yang paling dekat denganku, dengan perbedaan usia
yang tidak jauh yaitu 40 hari, membuat ku seperti bersama sahabat yang paling care denganku walau banyak percekcokan
yang kadang-kadang terjadi. Dari kecil kami selalu bersama-sama karna ibuku
yang mengasuhnya bersama nenek, ibunya bekerja di Batam beserta ayahnya untuk
mencukupi kebutuhan hidup. Setelah Iwan berusia 5 tahun barulah bibi menetap di
kampung bersama seorang adik yang lucu, Aldi namanya. Sebenarnya bibi pulang karna bercerai dari suaminya atau ayah kandung Iwan
, ternyata ayahnya mempunyai banyak istri tanpa sepengetahuan bibi.
Aku
sangat kasihan setiap melihat Iwan, lama
ia tidak mendapat kasih sayang dari ayahnya, malahaan ia tak pernah di biayai oleh ayahnya sendiri,
semuanya di tanggung oleh ibunya, nenek dan bunda bersama-sama. Tapi biarlah
yang penting dia masih bahagia di sini bersama kami, bersama-sama fantastic 4
kecil.
Iwan adalah pemanjat yang sangat ulung, jika ada pohon jambu,jambu biji
atau rambutan yang berbuah pasti dia akan menjangkaunya untuk kami bertiga. Sesekali
aku Rizky dan Aldi juga mencoba untuk memenjat, tapi kami tak pernah bisa
sampai ke puncak. Keahliannya itu kami sering kami manfaatkan untuk mencari sarang
burung . Tak jarang kami mendapat anak-anak burung yang cantik, mulai dari
burung pipit, burung pelatuk, burung gereja dan lain-lain.
Sekarang kami sudah mulai beranjak SMA, kami lebih sering bercerita
dibanding bermain-main lagi,tapi bermain power ranger tetap tak tertinggalkan
walaupun tak sesering yang dulu lagi. Sudah kurasakan tangan Iwan yang mulai
keras dari pada yang dulu, aku sudah mulai kewalahan bila diserang olehnya, biasanya
aku selalu bisa menangkis seranganya tanpa rasa sakit yang kurasakan. Tubuhnya
sekarang sudah mulai tinggi dari ku, dulu dia tak ada apa-apanya, aku selalu
yang paling besar. Tapi sekarang dia telah melampauiku.
Kejahilan telah merasuki kami dari dulu, sering kali kami menggelitik
Rizky sampai dia pipis di celana. Dendam iki membara setelah kejadian itu,
diam-diam saat tidur Iki berniat untuk mngerjai kami. Tapi insting ku sangat
tajam, aku dapat merasakan niat-niat jahat disekelilingku. Rizky tertangkap
basah melakukan kejahatan, aku berniat melaporkannya pada pihak yang berwajib.
Tapi Iki memohon-mohon bersujud di telapak kakiku, aku tak tega melihatnya. Aku
tak mau jika aku melaporkannya pada pihak yang berwajib maka timbul ketidak
adilan lagi di negeri ini, seperti para maling sandal dengan para koruptor .
Akhirnya kami membuat sebuah kontrak, aku berjanji tidak akan melaporkannya jika dia mau bekerja sama dengan ku untuk menjahili seseorang, akhirnya dengan perjanjian putih di atas hitam , kami pun beraksi.
Akhirnya kami membuat sebuah kontrak, aku berjanji tidak akan melaporkannya jika dia mau bekerja sama dengan ku untuk menjahili seseorang, akhirnya dengan perjanjian putih di atas hitam , kami pun beraksi.
Pagi setelah shalat subuh, kami bangun untuk shalat. Tak kulihat batang
hidung Iwan di tempat tidurnya seperti
biasa, ku tanya pada Aldi dia nggak tahu, ku coba bertanya pada Iki, jawabannya
pun sama. Aku heran, apakah ada sesuatu yang terjadi pada dirinya???? Atau
perbuatan ku dengan iki semalam terhadapnya membuat dirinya kabur dari rumah???
Ooh ternyata dugaan ku salah , ternyata Iwan lagi berwudhuk di kamar
mandi, ketika dirinya keluar dari kamar mandi ,ku coba untuk menahan tawa. Tak
sadar kah dia apa yang terjadi terhadap dirinya?? Diam-diam aku, Iki dan Aldi berbisik-bisik
tanpa sepengetahuannya.
Setelah shalat Iwan pergi ke warung untuk membeli sesuatu, saat para
ibu-ibu sedang sibuk dibelakang menyiapkan sarapan pagi, Iwan pamit tanpa
mendengar jawaban dari ibunya. Kami tertawa-tawa membayangkan apa yang akan
terjadi saat dia sampai di warung dan ditertawakan oleh orang –orang disana.
Tak berselang lama, sekitar lima menitan dia pulang dengan raut wajah
yang tidak enak. Apakah yang telah terjadi?? Aku sadar misi ku berhasil, prestasi
besar yang tak akan pernah dilupakan. Malam , sebelum kerja sama di sepakati,
kudengar suara-suara langkah kaki dari kamar mandi, ku coba bangkit dari tempat tidur dan ku coba
mencari sumber suara tersebut, ternyata kulihat seseorang berbadan kecil
mngendap-endap masuk kedalam kamar Iwan, ku ikuti orang itu dari belakang. Tak
ku sangka orang tersebut sudah tak asing lagi bagiku. Rizky, dengan tangannya
ia bersiap-siap memasangkan celana dalam di atas kepala Iwan, tanpa pikir
panjang ku berlari kedepan ku elakakkan tangannya sehingga kejahatan itu tak
terjadi. Huaa!!! Iki terkejut, badannya
terpental bersamaan dengan celana dalam yang dipegangnya. Tanpa pikir pnjang
Iki segera memohon-mohonpadaku:
,” Kakak jangan laporkan aku pada bunda,
aku takut kakak “
“ Aku tak bisa diam terhadap apa yang telah
kau lakukan Iki, sungguh itu perbuatan yang sungguh memalukan”
“ Tapi kakak, aku cuma ingin balas dendam,
aku tak bisa berdiam diri atas apa yang telah kakak dan abang lakukan pada ku tadi kakak”
“Jangan
banyak alasan, kau tak punya banyak bukti sedangkan aku punya banyak bukti,
lihat ini !!! ini fotomu saat akan melakukannya, jadi menyerahlah”
“ Aku punya kakak, ini dia celana ku yang
basah tadi, akibat kalian gelitik “
“ Itu bukan bukti yang kuat, bisa saja
kalau kau membasahinya sendiri kan? “
“ Oke kakak, aku akan menuruti apapun yang
kau mau asal jangan laporkan aku , baiklah apa itu kakak?? “
“ Apakah kau mau bekerjasama dengan ku ? “
“ Bekerja
sama dalam hal apa kakak?”
“ Mau tau ? “
“ Ayolah apa itu kakak?”
“ Ayo sama-sama kita gambar wajah Iwan
dengan lispstik , stuju ?”
“ Stuju sangat kakak!! “ sambil
memperlihatkan matanya yang berbinar-binar kepadaku.
Minggu 4 Desember 2011 , kira-kira 2 bulan yang lalu. Saat itu aku sibuk
membersihkan kamar, terdengar deringan dari telepon genggam bunda yang terletak
di atas meja. Ku lihat raut wajahnya yang terkejut, panik dan menangis saat
mengangkat telepon itu. Tak ku sangka Iwan mendapat kecelakan yang membuat
dirinya harus dilarikan ke rumah sakit dalam
keadaan tidak sadarkan diri dan besimbah darah. Pagi itu juga bunda dan Iki
langsung menuju rumah sakit di Batusangkar.Sedangkan aku tinggal dirumah karna
harus menyiapkan ujian praktek Mulok
untuk besok.
Hmm, aku sudah biasa mendengarnya kecelakan, dia selalu membawa motor
dengan kecepatan tinggi, jadi aman-aman saja bagiku. Aku malahan kesal, dia
selalu tak bisa dinasehati agar pelan-pelan membawa motor. Sebulan yang lalu
saja sebelum kejadian ini , dia juga baru terjatuh dan membuat kaki nya
terkilir.
Besoknya , Senin 5 Desember 2011
pagi, bunda menagis.
“ Bunda nggak mau kehilangan Iwan Yaaa,,,”
“ Bun Iwan nggak akan apa-apa kok, dia tu
kuat, nggak perlu terllu cemas lah”
“ Bunda mimpi ada perhelatan besar di rumah
ya “
‘ Ngapain bun terlalu percaya akan mimpi,
mimpi tu Cuma bunga tidur bun”
“ Tapi, setiap bun mimpi yang seperti itu
selalu ada yang pergi kan?? Saat kakek pergi, sebelumnya bun mimpi itu, sebelum
nenek pergi bun juga mimpi itu juga kan,,, bunda nggak mau! Iwan tu udah
seperti anak kandung bun sendiri, bun yang ngasuhnya dari kecil, bun yang
membawanya kemana-mana dengan Nadiya, bun selalu belikan baju yang sama untuk
kalian,,, bunda nggak mau itu semua terjadi Nadiyaa.”
“
Bun, pasti Iwan selamat bun, Nadiya yakin ini sebagai peringatan bagi Iwan agar
nanti dia dapat berubah dan nggak ugal-ugalan lagi.”
Setelah itu, aku pun pergi sekolah dengan
perasaa’an yang tak tenang seperti biasanya. Kira-kira jam 11-an saat belajar TIK, hanphone ku
bergetar , saat ku buka kulihat datang sms dari adikku.
-Kak, bang Iwan kritis.-
Sms itu membuat konsentrasiku saat belajar
pecah , ku tak sanggup jika harus merasakan kehilangan sepupuku, sahabat ku.
Tapi ku yakin pasti Iwan selamat
Saat jam TIK habis kucoba menggunakan waktu
itu untuk menelfon bunda, aku harus tau kepastian akan keselamatan Iwan. Saat
telfon ku dijawab, aku tak percaya akan semua yang kudengar. Aku tak percaya,
aku tak percaya!!Aku salah , aku salah terhadap pernafsiranku, aku menyesal
tenang-tenang saja, aku menyesal merasa semuanya akan aman dan baik-baik , aku menyesal tak menjenguknya, aku menyesal
aku menyesal !!!
Masih ku ingat saat kami bercerita sampai
jam 1 malam, di ceritakannya semua tentang dirinya, di ceritakannya betapa
terkejutnya saat dia ditembak seorang gadis dikelasnya, ketika dia mendengar
suara besar menakutkan sehingga membuat dirinya ketakutan bersama
teman-temannyam , ketika dia membangkang kepada kakak senior saat mos, ketika dia jalan-jalan bersama temannya, ketika kami
masih kecil menemukan laba-laba unik berwarna kuning.Saat kami brencana akan
menertawakan Aldi yang minum pipisnya sendiri saat dia besar nanti .
Masih ku ingat terakhir kalinya kami
bersama pergi ke panorama sore hari, dia ceritakan disana tempat-tempat
perburuan yang bagus, dia ceritakan
cerita-cerita yang selalu ku tunggu saat ku pulang.
Banyak kenangan yang dia tinggalkan, banyak
cerita indah yang dia tinggalkan, banyak kejengkelan yang menarik yang dia
sisakan, banyak sekali.
Saat aku pulang melihatnya untuk terakhir
kali, aku hanya dapat melihat Iwan sudah
terbungkus dengan kain kafan dan sudah siap untuk dimakamkan. Semua menangis,semua
merasa kehilangan , kulihat pacarnya Rani menangis sambil memengang tangannya .
Semua keluarga Rani datang, semua teman-temannya dating, orang-orang yang
ditinggalkan kenangan olehnya datang.
Mengapa dia terlalu cepat meninggalkan kam?
mengapa harus ada yang pergi? Tak ada lagi fantastic 4 ran lagi, tak ada lagi
power ranger-power ranger-an lagi. Tak ada lagi yang asyik utnuk di jahili, tak
ada lagi cerita yang akan kudengarkan.
Aku harap dia dapat selamat di dunia sana,bersenanb-senang
di alam itu dan kita dapat bertemu di surge nanti . amiinn